Sabtu, 10 Januari 2009

Luaskan Hatimu

Suatu ketika ada seorang tua bijak. Suatu pagi ia kedatangan anak muda. Langkahnya gontai. Air mukanya ruwet. ia seperti Sedang dirundung masalah. Anak muda itu menumpahkan segala masalahnya. Setelah tamunya selesai bercerita, tiba-tiba orang tua mengambil segenggam garam dan meminta tamunya untuk mengambil segela air. Dimasukkan ke dalm gelas dan diaduknya perlahan.
"Minum dan katakan bagaimana rasanya!" kata Pak Tua itu singkat.
"Puih...!" Sang tamu meludah ke samping. " Asin sekali. Tenggorokanku seperti tercekik," kata pemuda itu lagi.
Pak Tua itu tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya ke tepian telaga di dalam hutan tak jauh dari tempat tinggalnya. Pak Tua itu menaburkan segenggam garam ke telaga.
"Ambil air dari telaga ini dan minumlah!" Setelah si pemuda selesai meneguk air itu, Pak Tua bertanya, "Bagaimana rasanya?"
"Segar," jawab pemuda itu.
"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?"
"Tidak."
Pak Tua tersenyum bijak, seraya berkata "Anak muda, dengarlah Pahitnya kehidupan adalah layaknya segenggam garam. Tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnya sama, dan memang akan tetap sama".
"Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan terasakan tergantung hati kita. Jadi, saat kamu mengalami kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."
pak tua menatap sipemua lembut."Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Qalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu seperti gelas. Buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."
Setelah itu keduanya beranjak pulang. Hari ini mereka sama-sama belajar. Pak Tua bijak itu kembali menyimpan "segenggam garam" untuk anak muda lain yang mungkin datang membawa keresahan jiwa.

Sumber : "Kekuatan Cinta" Irfan Toni Herlambang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar